ini untuk mu,
untuk kau yang hadir 2 kali, menyakiti hati.. hei aku memang denie yang kau tahu dan akan tetap denie yang kau tahu tapi bukan berarti aku denie yang bodoh selamanya. salah ku pikir kau berubah, salah ku tak dengar logika, salah perasaan lebih memilih mementahkan logika dan berkata "jangan dengar logikamu dia berubah", seharusnya pikiran bisa menyemat kata "siapalah aku yang mau mengusik kesenangan barumu di sana?!" , dan seharusnya hati ku lebih tau bahwa logika, perasaan, dan pikir ku bisa kau bodohi, tapi hati kupun telah salah pula.. kini aku tahu segala pesan yang kau kirim segala kata yang kau ucap malam itu hanya basa-basi mu sebagai wanita elok, elok yang paling jahat. dan pesan terakhir yang kau tinggalkan itupun hanya berbagai kalimat yang kau kemas seperti sedang meladeni anak kecil yang takut balonnya terbang. dia yang dengan mu itu sudah punya pekerjaan dan aku masih malas-malasan kuliah. memang mutlak perbedaannya. Seharusnya aku lebih memikirkan perkuliahan ketimbang percaya logika, perasaan, pikiran, dan hati yang kau bodohi dalam tulisan yang ada maksud lain seperti ini. Terima kasih, untuk tidak mengatakan karena dengan maksud hanya menjaga perasaanku untuk tidak mengatakannya. Ini adalah pesan terakhirku yang membubarkan permainan kita, permainan yang mempermainkanku.
Kau hebat, kaulah elok yang paling jahat. Kau akan menjadi ratu pesta di sebuah perayaan kematianku. Sungguh, aku ingin memahkotaimu dengan sedih yang paling mahal yang pernah aku teteskan. Karena kau sosok yang indah, namun yang paling kejam. Demikian aku tidak akan mencabut kutuk yang aku tanamkan padamu, sampai aku mati dan kuburku bergoncang-goncang. Dengar! Aku lupa letaknya hati, terakhir ada di dengkul, kupakai berlutut minta senyummu. Mungkin sekarang jatuh di tengah jalan, mungkin sudah terinjak roda hidupmu.
ini kutulis karena pintar mu yang membodohi ku 2 kali dan sekarang bagimu, isi tulisan ini mungkin karena aku sedang membual akibat kesunyian. kini aku juga tidak perlu mendengar cerita tentang masa lalumu. Mungkin pula, Denie bukan orang yang tepat. Baik. Kita sudahi saja! Semoga kesenanganmu membuatmu senang tanpa perlu menyenangkanmu.
Salam.
Denie




